ASAL-USUL
BAHASA INDONESIA
Arkeolog
Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahasa Melayu dan ratusan bahasa daerah
6.000-10.000
tahun lalu.
itu,
merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun
\
bahasa,
Austronesia merupakan yang terbesar di dunia, meliputi 1.200 bahasa dan
dituturkan
oleh
hampir 300 juta populasi.
Masyarakat
penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15 ribu km meliputi lebih dari separuh
bola bumi, yaitu dari Madagaskar
di Barat
hingga Pulau Paskah di ujung timur, dari
Taiwan-Mikronesia
di utara hingga Selandia Baru di selatan.
"Out of Taiwan"
Mengenai
asal-usul penutur Austronesia, Harry mengatakan, ada beberapa hipotesa. Yang paling
umum adalah Hipotesa
bahwa asal leluhur penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan) atau model
"Out of Taiwan".
Arkeolog
lainnya Daud A Tanudirjo menyebutkan, Robert Blust adalah pakar linguistik yang
paling
lantang menyuarakan pendapat bahwa asal-ususl penutur Austronesia adalah
Taiwan.
Sejak
1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa bahasa
dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia yang
berkaitan dengan Flora
dan fauna serta gejala alam lain, kata Daud.
"Ia
juga menawarkan rekonstruksi pohon kekerabatan rumpun bahasa Austronesia dan perkiraan
waktu pencabangannya mulai dari Proto-Austronesia hingga Proto-Oseania,"
katanya.
Para
leluhur ini, diungkapkan Daud, awalnya berasal dari Cina Selatan yang
bermigrasi ke
Taiwan
pada 5.000-4.000 SM, namun akar bahasa Austronesia baru muncul beberapa abad
kemudian
di Taiwan.
Kosakata
yang dapat direkonstruksi dari bahasa awal Austronesia yang dapat dilacak
antara
lain
: rumah tinggal, busur, memanah, tali, jarum, tenun, mabuk, berburu, kano,
babi, anjing,
beras,
batu giling, kebun, tebu, gabah, nasi, menampi, jerami, hingga mengasap.
Para
petani purba di Taiwan ini berkembang cepat dan lalu terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok
yang hidup terpisah dan bahasanya menjadi berbeda-beda dengan setidaknya kini
ada sembilan bahasa yang teridentifikasi sebagai bahasa formosa.
Bermigrasi
Migrasi
leluhur dari Taiwan ke Filipina
mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok
yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina
bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia
(PMP).
Tahap
berikutnya, ujar Daud, terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa
PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina
Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara.
Proses
migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat
(PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah Timur
(PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.
"Rupanya
ketika bermigrasi ke arah tenggara penanaman padi mulai ditinggalkan karena tidak
sesuai dengan lingkungannya. Mereka mulai memanfaatkan tanaman keladi dan umbi umbian
lain serta buah-buahan," katanya.
Namun
pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur.
Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar
2.000 SM yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP).
Demikian
pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa
Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).
Migrasi
dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500
SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi Arus
balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua
Barat yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera
Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).
Setelah
itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oseania dan mencapai
kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto
Oseania. "Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat
menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak
ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatera," katanya.
Penutur
PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara
antara lain ke Vietnam
pada 500 SM dan Semenanjung Malaka, ujarnya.
Menjelang
awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan sampai
ke Madagaskar, tambah Daud.
Bentuk
rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon.
Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia
hingga Proto Oseania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari
84 persen dari 200 pasangan kata, katanya.
Dengan
demikian, kata Harry Truman, hampir seluruh kawasan nusantara bahkan sampai ke kawasan
negeri-negeri tetangga dan masyarakat kepulauan Pasifik dan Madagaskar menuturkan
bahasa yang asal-muasalnya merupakan bahasa Austronesia.
"Kecuali
masyarakat yang ada di pedalaman Papua dan pedalaman pulau Timor yang bahasanya
lebih mirip dengan bahasa pedalaman Australia," katanya.
Bahasa
Indonesia sekarang ini, kata Harry lagi, sudah sangat kompleks karena
penuturnya tidak hanya hidup dengan sukunya masing-masing dan Beradaptasi
dengan rumpun bahasa dunia lainnya seperti dari India, Arab, Portugis, Belanda
dan Inggris.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
1) Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya Bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai
sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di
gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:
- Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
- Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
- Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
- Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
- Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
- Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
- Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
- Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
- Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
2) Perkembangan Bahasa Indonesia
Sesudah Merdeka
Bahasa
Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
- Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
- Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
- Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
Peresmian
Nama Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas persatuan bangsa
indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya
konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja.
Dari sudut pandang Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak
ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad
ke-19.
Dalam
perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa kerja
di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal
abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap di gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
Meskipun
demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas di
perguruan-perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa
bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai
dimana-mana diwilayah nusantara serta makin berkembang dengan dan bertambah
kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai didaerah-daerah diwilayah
nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa
Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Perjuagan
demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping fungsinya
sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri
cultural, yang ke dalam menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan
dengan bangsa lain.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
- Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
- Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
- Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
- Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas
Sumber
: