BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di
jaman yang modern seperti sekarang ini memungkinkan untuk hidup serba instan dan kompleks serta pola makan ynag kurang sehat
, hal tersebut dapat memacu timbulnya
berbagai macam penyakit dalam tubuh manusia. Berbagai penyakit muncul di jaman
sekarang, mulai dari resiko ringan sampai dengan resiko tinggi yang berupa
kematian.
Selain masalah
diatas, masalah lain yang banyak timbul yaitu ketergantungan manusia pada benda
duniawi yang berlebihan, misalnya saat manusia hidup berkecupan dan mewah harus
hidup miskin karena bangkrut. Dari masalah tersebut sebagian orang tidak
memiliki kesiapa dalam menghadapi tersebut sehingga hal tersebut dapat membuat
orang stres, frustasi , gangguan jiwa atau bahkan mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri.
Selain hal itu mulai dari
masalah anak yang memiliki pandangan anak bodoh dan anak pintar dapat
mengganggu kesehatan mental anak. Meskipun pada dasarnya tidak ada anak pintar
dan anak bodoh tetapi yang membedakan ketekunan dan kerajinan mereka.
Pada era sekarang, banyak orang yang
menunda-nunda sholat atau bahkan meninggalkan sholat dengan alasan tidak ada
waktu, malas, sibuk kerja tanpa adanya alas an syar’i. Tetapi mereka tidak
pernah lupa akan kebutuhan sehari-harinya. Jarangnya sholat dapat membuat lemahnya
komunikasi dengan Sang Pencipta. Komunikasi dengan Sang Pencipta merupakan hal
penting bagi manusia mengingat manusia
sebagai makhluk bertuhan.
Berbagai masalah
diatas dapat kita tanggulangi dengan sholat. Sholat merupakan rukun perbuatan paling penting diantara diantara
rukun islam yang lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq
manusia. Hukum melaksanakan shalat wajib ‘aini bagi setiap orang yang sudah
mukallaf, baligh, dan ‘aqil. Sholat merupakan ibadah yang paling proporsional
bagi anatomi tubuh manusia. Sholat dilaksanakan sebanyak 5 waktu dalam sehari.
Kita melaksanakan ibadah sholat selain sebagai
kewajiban tetapi juga mengambil banyak manfaat ,baik bagi kesehatan, mental dan
kecerdasan, lemahnya komunikasi dengan Sang Pencipta. Sehingga dari sholat, hal
di atas dapat di minimalisasi dan dapat menjadikan manusia sebagai makhluk
bertuhan yang yang taat serta sehat jasmani maupun rohaninya.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
shalat dapat dijadikan pengobatan dan menjaga kesehatan ?
2. Apakah
hubungan shalat dengan fisik ?
3. Apakah
hubungan shalat dengan mental dan kecerdasan?
4. Bagaimana
sholat dapat dijadikan komunikasi spiritual dengan Sang Pencipta?
5. Mengapa
sholat dilaksanakan 5 kali dalam sehari ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
manfaat shalat untuk pengobatan dan kesehatan.
2. Mengetahui
hubungan shalat dengan fisik.
3. Mengetahui
manfaat shalat terhadap kesehatan mental dan kecerdasan.
4. Memahami
sholat sebagai komunikasi spiritual dengan sang Pencipta.
5. Memahami
pentingnya sholat 5 waktu dalam sehari.
BAB II
PEMBAHASAN
SHOLAT UNTUK PENGOBATAN DAN KESEHATAN
Selain melaksanakan perintah agama, mengobati kerinduan jiwa pada sang Pencipta, sholat juga punya efek yaitu menyehatkan tubuh. Seorang pakar ilmu pengobatan tradisional, Prof H Muhammad Hembing Wijayakusuma, telah melakukan penelitian yang mendalam tentang hal itu. Hasil penelitian itu disebarkannya kepada umat Islam, baik melalui media massa maupun buku yang berjudul “Hikmah Sholat untuk Pengobatan dan Kesehatan”. Bahkan, duduk Tasyahud diyakini bisa menyembuhkan penyakit tanpa operasi.
Apa hubungan
sholat dengan kesehatan ? menurut Hembing, setiap gerakan-gerakan shalat mempunyai arti khusus bagi kesehatan
dan punya pengaruh pada bagian-bagian tubuh seperti kaki, ruas tulang punggung, otak,
lambung, rongga dada, pangkal paha, leher, dll. Berikut adalah ringkasan yang bermanfaat
untuk mengetahui tentang daya penyembuhan di balik pelaksanaan sholat sebagai aktivitas
spiritual.
1. Berdiri tegak dalam sholat
Gerakan-gerakan sholat bila dilakukan dengan benar,
selain menjadi latihan yang menyehatkan juga mampu mencegah dan meyembuhkan berbagai
macam penyakit. Hembing menemukan
bahwa berdiri tegak pada waktu sholat membuat seluruh saraf menjadi satu titik pusat pada otak, jantung, paru-paru,
pinggang, dan tulang pungggung lurus dan bekerja secara normal, kedua kaki yang tegak
lurus pada posisi akupuntur, sangat bermanfaat bagi kesehatan seluruh tubuh.
2. Rukuk
Rukuk juga sangat baik untuk menghindari penyakit yang
menyerang ruas tulang belakang yang terdiri dari tulang punggung, tulang leher, tulang
pinggang dan ruas tulang tungging. Dengan melakukan rukuk, kita telah
menarik, menggerakan dan mengendurkan saraf-saraf yang berada di otak, punggung dan
lain-lain. Bayangkan bila kita menjalankan sholat lima waktu yang berjumlah 17 rakaat
sehari semalam. Kalau rakaat kita rukuk satu kali, berarti kita melakukan gerakan ini sebanyak
17 kali.
3. Sujud
Belum lagi gerakan sujud yang setiap rakaat dua kali hingga
junlahnya sehari 34 kali. Bersujud
dengan meletakan jari-jari tangan di depan lutut membuat semua otot
berkontraksi. Gerakan ini
bukan saja membuat otot-otot itu akan menjadi besar dan kuat, tetapi juga membuat pembuluh darah dan urat-urat
getah bening terpijat dan terurut. Posisi sujud ini juga sangat membantu kerja jantung dan
menghindari mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah.
4.
Duduk tasyahud
Duduk tasyahud akhir atau tawaruk adalah salah satu
anugerah Allah yang patut kita syukuri, karena sikap itu merupakan
penyembuhan penyakit tanpa obat dan tanpa operasi. Posisi duduk dengan mengangkat kaki kanan
dan menghadap jari-jari ke arah kiblat ini, secara otomatis memijat pusat-pusat daerah
otak, ruas tulang punggung teratas, mata, otot-otot bahu, dan banyak lagi terdapat pada ujung
kaki. Untuk laki-laki sikap duduk ini luar biasa manfaatnya, terutama untuk kesehatan
dan kekuatan organ seks.
5. Salam
Bahkan, gerakan salam akhir, berpaling ke kanan dan ke kiri pun, menurut penelitian Hembing punya manfaat besar karena gerakan ini sangat bermanfaat membantu menguatkan otot-otot leher dan kepala. Setiap mukmin pasti bisa merasakan itu, bila ia menjalankan sholat dengan benar. Tubuh akan terasa lebih segar, sendi-sendi dan otot akan terasa lebih kendur, dan otak juga mempu kembali berfikir dengan terang. Hanya saja, manfaat itu ada yang bisa merasakannya dengan sadar, ada juga yang tak disadari. Tapi harus diingat, sholat adalah ibadah agama bukan olahraga.
Bahkan, gerakan salam akhir, berpaling ke kanan dan ke kiri pun, menurut penelitian Hembing punya manfaat besar karena gerakan ini sangat bermanfaat membantu menguatkan otot-otot leher dan kepala. Setiap mukmin pasti bisa merasakan itu, bila ia menjalankan sholat dengan benar. Tubuh akan terasa lebih segar, sendi-sendi dan otot akan terasa lebih kendur, dan otak juga mempu kembali berfikir dengan terang. Hanya saja, manfaat itu ada yang bisa merasakannya dengan sadar, ada juga yang tak disadari. Tapi harus diingat, sholat adalah ibadah agama bukan olahraga.
HUBUNGAN SHOLAT DENGAN FISIK
Shalat memang suplier rohani dan pemompa mental. Tanpa shalat, jiwa manusia mungkin saja tak mampu menanggung beban dalam menjalani hidup. Bagi orang yang kerap mengalami penderitaan, shalatlah yang menjadi tempat menumpahkan segala permasalahan, menjadi kesempatan mengadu dan waktu mencurahkan harapan. Bagi seorang pejuang, seorang juru dakwah, shalat juga yang menjadikannya kuat memikul semua masalah dan tantangan yang menghadangnya. Bersyukurlah kita, Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari. Dalam lima kesempatan itu artinya, kita memperoleh masukan energy baru. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang merasakan nikmatnya shalat.
Mungkin kita
pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang menegakkan shalat hanya memperoleh
letih dan payah” ( HR Nasa’i ). Shalat yang digambarkan Rasul dalam hadits
tersebut, bukan hanya shalat yang bisa menjadi penyegar bagi jiwa. Shalat yang hanya
bersifat ritual dan tidak memberikan kenikmatan bagi pelakunya. Shalat yang hanya gerakan
fisik yang senyap dari kedamaian batin.
Salah satu
syarat yang dapat memberi pencerahan batin,biasa disebut dengan khusyu’. Khusyu’ menurut Imam Ghazali adalah
hudhurul qalbi kehadiran hati, konsentrasi, rasa tunduk, pasrah dan penghormatanyang
tinggi kepada Allah SWT.
Amirul
mukminin Umar ra mengatakan, “ Khusyu’ itu bukan menundukkan kepala, tapi khusyu’ itu ada di dalam hati.” Al
Qur’an menyebutkan khusyu’ itu adalah tanda pertama orang-orang yang beruntung.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam
shalatnya.” (QS. Al Mukminun: 1-2). Tidak sedikit orang yang sulit menghadirkan kekhusyuan
dalam shalatnya. Kita begitu dan nyaris tidak percaya, bila sahabat Rasulullah Ali rejustru
melaksanakan shalat untuk menghilangkan rasa sakit ketika mata panah akan dicabut dari
tubuhnya.
Orang yang
belum biasa bekerja berat, akan merasa sangat sulit bekerja mencangkul dan mengolah sawah. Tangannya mungkin
akan lecet, kulitnya terbakar oleh terik matahari dan seluruh tubuhnya terasa linu, itu
dalam konteks pekerjaan fisik. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan konteks pekerjaan
batin. Khusyu’ adalah pekerjaan batin, orang yang tidak terbiasa khusyu’, dekat, pasrah,
tunduk pada Allah di luar shalat, akan sulit menghadirkan kekhusyukan di dalam shalat. Khusyu’
di dalam shalat sangat terkait dengan khusyu’ di luar shalat. Kalau hati tidak pernah
hidup, tidak ada link hubungan dengan Allah di luar shalat, tentu sulit menjalin hubungan yang
baik hanya dalam shalat. Bagaimna kita merasakan nikmatnya bertani, mencangkul tanh,
seperti yang dirasakan para petani, kalau kita sebelumnya jarang melakukan pekerjaan
tersebut,? Begitu lebih kurang gambarannya, itulah rahasianya kenapa kita sulit
khusyu’. Khusyu’ kepada Allah tidak hanya dengan menyebut Subhanallah, Alhamdulillah atau
Allahu Akbar. Khusyu’diwujudkan dengan hati yang senantiasa berhubungan denagn Allah,
meskipun lidah tidak menyebut nama Allah. Melihat ciptaan Allah, hati merasakan
kebesaran Allah. Melihat peristiwa apapun semakin menyuburkan ingatan kepada Allah.
Mendapat nikmat, hati mengatakan, “Syukur Allah tidak menjadikan aku menderita.” Hati tersentuh
dan malu bila melakukan ketidaktaatan. Bila ditimpa musibah, hati mengatakan,
“Mungkin saya berdosa pada Allah.” Sikap sikap seperti itulah yang semakin menambah
kedekatan hatidengan Allah SWT. Itulah yang dimaksud dalam firman-Nya, “Mereka yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk dan berbarung.” Itulah sebabnya para ahli ibadah
mengatakan, aku merasa damai meskipun sendiri.” Kenapa? Karena mereka dalam kondisi terus
berdzikir dengan melihat semua fenomena alam dan hatinya mengingat Allah Jalla Wa’ala.
Ibarat orang
yang sayang dan rindu kepada kekasihnya, setiap barang kepunyaan kekasihterlihat di depan mata
membuat hati ingat dan terkait dengan kekasih. Kalau sudah ada benih khusyu’ di luar shalat,
maka saat berwudhu pun sudah khusyu’.
Seorang muslim
harus berusaha menghidupakan kedekatan hatinya denagan Allah, kapan pun dan dimanapun. Tokoh ulama Mesir
Hasan Al Banna menyifatkan karakter seorang mujahid adalah bukan orang yang tidur
sepenuh kelopak matanya, dan tidak tertawa selebar mulutnya. Maksudnya itu menggambarkan suasana
keseriusan dan kesungguhan orang yang berjuang di jalan Allah. Apa rahasia dibalik
kesungguhan dan keseriusan itu? Dalam shalat mereka sangat membesarkan dan mengagungkan
Allah. Di luar shalat mereka juga tetap membesarkan Allah, hidup sesuai
syari’at, menjauhkan diri dari kemungkaran dan maksiat. Maka Allah akan menaungi mereka,
sebab ada hubungan sangat erat antara shalat dan perilaku-perilaku sosial. Merekalah
yang dimaksud dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan
Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungan-Nya dengan orang tersebut.” ( HR. Hakim
)
HUBUNGAN SHOLAT DENGAN MENTAL &
KECERDASAN
Ibadah
shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi Muhammad saw.
Karena itu ibadah shalat pasti mempunyai banyak hikmah didalamnya. Kalau kita
pelajari al-Qur’an dan as-Sunnah maka akan kita temukan penjelasan tentang
hikmah dari pelaksanaan ibadah shalat, diantaranya yaitu pengaruh pelaksanaan
terhadap kesehatan mental manusia. Dengan shalat manusia menyerahkan diri
kepada-Nya, hal ini akan membantu dalam meredakan ketegangan emosi manusia,
karena seorang mukmin mempunyai keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doanya
dan memecahkan problem-roblemnya, memenuhi berbagai macam kebutuhannya dan
membebaskan diri dari kegelisahan dan kerisauan yang menimpanya. Menghadap
kepada Allah melalui shalat dan berdoa kepada-Nya dengan harapan dikabulkan
akan menimbulkan otosugesti yang akan meredakan ketegangan emosi dan kegoncangan jiwa
yang terjadi pada manusia. Fungsi shalat yaitu :
1.
Shalat
sebagai sebagai pengobat gangguan jiwa dan penyakit jiwa,
2.
Fungsi
ibadah shalat sebagai pembinaan kesehatan jiwa, dan
3.
Fungsi
shalat sebagai pencegah gangguan dan penyakit jiwa.
Sesungguhnya
pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan shalat (seutuhnya), padahal tidaklah dicatat baginya (oleh
malaikat Raqib [pencatat amal baik]), kecuali setengah shalat, atau sepertiganya, atau
seperempatnya, atau seperlimanya, sampai sepersepuluhnya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Anda sering
menunaikan shalat, bukan? Pagi-sore, siang-malam, bertahun-tahun, Anda sudah mengerjakannya. Jutaan kali telah
Anda tundukkan badan dalam ruku’ dan sujud. Jutaan kali pula telah Anda baca bermacam-macam
dzikir dan doa di dalam shalat. Hanya saja, bagaimana kualitas shalat Anda?
Dalam perhitungan atau perkiraan Anda sendiri, seberapa besar bagian dari shalat Anda yang
dinilai baik oleh malaikat pencatat amal dan memberikan pengaruh positif pada kehidupan
Anda?
Anda pun
pasti telah tahu besarnya manfaat shalat terhadap diri Anda sendiri. Bahkan
kendati di dalam
ibadah ini Anda hanya menggerakkan badan bagai robot, kegiatan ini pun sudah berguna. Sekurang-kurangnya,
menyehatkan raga. Begitu pula jika Anda perlakukan shalat sebagai semacam meditasi. Sekurang-kurangnya,
menyehatkan jiwa.
Tetapi,
shalat secara hakiki tidak sekadar bermanfaat menyehatkan jiwa-raga (fisik, emosional, dan spiritual). Tahukah
Anda bahwa dengan menunaikan shalat yang berkualitas, Anda akan mencapai beragam jenis
kecerdasan? Bukan hanya kecerdasan pikiran (intelegensia/IQ), tetapi sekaligus
kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan sosial.
Bagaimana
semua jenis kecerdasan tersebut bisa direngkuh melalui shalat? Buku ini sangat berbeda dengan buku-buku tentang
hikmah shalat yang telah beredar, karena secara metodologis buku ini fokus pada
kajian bagaimana terciptanya hubungan antara shalat sebagai ibadah dengan kecerdasan
manusia sebagai kekuatan pikiran dan jiwa. Di samping itu, kekuatan buku ini juga terletak
pada ditampilkannya rangkaian panduan praktis guna menjalankan shalat yang mampu
melejitkan semua jenis kecerdasan manusia (shalat SMART). Karena itu, buku ini sangat
aplikatif, metodis, dan dapat langsung Anda terapkan untuk meningkatkan mutu shalat dan
sekaligus kecerdasan Anda!
SHOLAT SEBAGAI KOMUNIKASI SPIRITUAL DENGAN PENCIPTA
Dua tahun
sebelum Hijrahnya Nabi ke Madinah, merupakan saat-saat yang super sulit dalam perjuangan beliau untuk menyebarkan
kebenaran. Tekanan, intimidasi, bahkan upaya pembunuhan kepada beliau pribadi
mengalami intensitas puncak, seiring dengan kematian dua benteng internal da’wah setelah
Allah, Khadijah dan Abu Talib. Bagi Rasulullah, serasa dunia ini suram dan terasa sumpek
dalam melangkan kaki perjuangan. Terasa da’wah mengalami stagnasi abadi. Dalam
situasi inilah beliau diperjalankan melalui wadah “Isra’ mi’raj” di suatu malam dari masjidil
haraam di Mekah ke masjidil Aqsa di Jerusalem, dan dari Jerusalem beliau diangkat
menuju “Sidratul Muntaha” untuk melakukan komunikasi langsung, dialog nurani dengan sang
Penciptanya. Komunikasi dan dialog nurani inilah yang terkristalkan dalam sebuah amalan ritual
Islam yang dikenal shalat.
Shalat, yang
secara lughowi (makna kata) berarti “hubungan atau komunikasi” kemudian menjadi amalan ritual terpenting
dalam agama Islam. Selain dikenal kemudian sebagai “Pilar agama” (‘imaaduddin), juga merupakan
salah satu dari lima rukun Islam. Menjalankan shalat merupakan kewajiban ‘aini (setiap
individu Muslim), melalaikannya merupakan “pengrusakan” terhadap dasar-dasar
keislaman seseorang.
Melakukan
shalat bukan sekedar melakukan gerakan-gerakan atau membaca bacaan-bacaan formal semata. Melainkan melakukan
kegiatan “syamil” (komperenhesif) dan “mutawazin” (imbang) di antara tiga unsur
kemanusiaan kita. Shalat mencakup kegiatan fisik, ruh, dan juga fikiran. Ketiga hal ini adalah
pilar-pilar kehidupan manusia, yang justeru ketiganya bersatu padu dalam amalan shalat yang
dilakukan.
Di saat
ketiga unsur hidup manusia itu menyatu dalam sebuah pergerakan terpadu, di
situlah akan
menumbuhkan “keseimbangan” pergerakan hidup manusia. Keseimbangan ini yang kemudian menjadi pijakan kehidupan
manusia yang sehat. Hanya dengan hidup yang imbang, manusia mampu mendapatkan kehidupan
yang sehat secara paripurna. Selain tumbuhnya kehidupan yang sehat secara
paripurna, dengan keterlibatan tiga unsur tadi, manusia menjalin komunikasi paripurna pula dengan
Sang Pencipta. Komunikasi paripurna ini yang kemudian dikenal dalam bahasa agama sebagai “
khusyuu’”. Khusyu menjadi “hati” shalat yang dilakukan. Shalat yang tidak
memiliki khusyu’ ibarat manusia yang tidak berhati. Manusia yang tidak lagi berfungsi nuraninya,
sehingga pandangannya akan selalu tertumpu pada hal hal lahiriyah semata.
Di saat mata
nurani menjadi tumpul atau buta, maka lahiriyah akan menjadi sosok yang buas. Kehidupan yang tidak memiliki “mata
nurani” adalah kehidupan hewani, bahkan lebih rendah nilainya dari kehidupan hewani. Dan
jika ini terjadi, manusia yang awalnya diciptakan dengan pencptaan yang terbaik,
dimuliakan, dan memiliki keunikan-keunikan, terjatuh ke lembah kehinaan yang paling rendah
(asfala saafilin). Oleh karenanya, shalat bukan hanya dikerjakan, tapi seharusnya
“didirikan” setiap saat. Formalitasnya memang ada lima waktu, tapi seharusnya shalat itu tegak
dalam kehidupan kita di 24 jam 7 hari sepekan. Maka, ada “shalat di antara shalat-shalat”
(shalaatul wustha) yang kita lakukan. Shalat “Wustha” (in between) adalah tegaknya relasi dan
komunikasi antara hamba dan Rabbnya di setiap saat dan ruang. Bahkan keluar masuknya
nafas seorang hamba seiring dengan “ kesadaran penghambaan” terhadap Rabbnya.
Eternalitas
relasi di atas akan menjadi “benteng” kehidupan seorang Muslim, sekaligus menjadi “basis” kesalehan hidupnya.
Dia menjadi solid dalam kebajikan serta terlindung dengan lindungan kokoh “kesadaran
Ilahi”. Dia akan memiliki pandangan mata “nurani” yang sangat tajam, serta memiliki “intelektual
hati” yang tinggi.
Dengan bekal
soliditas perlindungan dari kejatatan-kejahatan dan soliditas basis kebajikan kebajikan, serta dibarengi oleh
kesadaran Ilahi dan inteletualitas hati, dia akan menjalani kehidupannya dengan penuh
konsistensi di atas ridha Ilahi. Konsistensi perjalanan hidup di atas ridha inilah yang disebut
“taqwa” , yang merupakan cita-cita tertinggi dalam kehidupan beragama. Cita-cita tertinggi yang
diperjuangkan hingga hembusan nafas terakhir di bumi yang fana ini.
KEUTAMAAN SHOLAT TEPAT WAKTU
Berikut penjabaran salat dalam perspektif pengobatan ilmu
cina
1.
Sholat Subuh
Pukul 05.00-06.00 saat salat subuh merupakan
waktu yang baik untuk menerapi pencernaan.
2.
Sholat Zuhur
Pada waktu sholat zuhur, ada energi api yang
keluar pada diri pukul 12.00 sampai sora yang bermanfaatbagi jantung dan ginjal.
3.
Sholat Ashar
Dalam gerakan sholat ashar, terdapat siklus dari
panas ke dingin yang berguna bagi terapi kandung kemih. Secara alamiah, gerakan
sholat ashar ternyata memisahkan zat-zat kimia dalam tubuh kita.
4.
Sholat
Maghrib
Ada energi air yang keluar pada pukul 18.00 setelah terbenamnya matahari.
Menurut pengobatan ilmu cina waktu maghrib yang disertai gerakan sholat
sekaligus menerapi ginjal.
5.
Sholat Isya’
Sholat isya’ dilaksanakan setelah matahari terbenam. Waktu ini disebut
dapat mengurangi kelebihan energi. Dan ada energi kayu yang keluar pada pukul
23.00 yang mampu menghancurkan racun-racun ditubuh. Menurut pengobatan ilmu
cina, racun itu dibakar kayu untuk membuang racun di otak.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pelaksanakan ibadah sholat
selain sebagai kewajiban tetapi juga memiliki banyak manfaat ,baik bagi
kesehatan, mental dan kecerdasan, maupun lemahnya
komunikasi dengan Sang Pencipta. Apalagi jika ibadah sholat dilaksanakan sesuai waktunya, maka akan
menambah manfaat dalam tubuh kita karena setiap waktu sholat memiliki manfaat
yang tersendiri. Sehingga dari sholat, dapat
menjadikan manusia sebagai makhluk bertuhan yang yang taat serta sehat jasmani
maupun rohaninya.
SARAN
Mengingat
pelaksanaan sholat tepat waktu dan rutin merupakan kewajiban bagi umat muslim
dan memiliki banyak manfaat pada diri kita maka hendaklah setiap umat islam
menanamkan keyakinan hal tersebut dalam hati masing-masing dan melaksanakan
sesuai dengan ketentuan islam sebagaimana umat-umat terdahulu melaksanakannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hilmy
al-Kuly. ( 2007 ) . Mukjizat
Kesembuhan Dalam Gerakan Shalat. Jogjakarta : Penerbit HIKAM PUSTAKA
Tharsyah adnan. ( 2008 ). Keajaiban Shalat bagi
Kesehatan , Meraih Manfaat Shalat Secara
Medis, Klinis & Psikology. Jakarta : SENAYAN ABADI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar